Minggu, 21 November 2010 By: Anshar Daenk

Mengejar Petang di Khayangan Api

uyuran hujan menyambut kedatangan kami sore itu di Kota Bojonegoro, hijaunya persawahan seperti tertutup dengan derasnya hujan yang membasahi pematang sawah. Hari ini adalah hari pertama kami di Kota Bojonegoro setelah pagi harinya kami berkunjung ke Kota Tuban.  Semangat kami untuk segera mengeksplor objek wisata Kota Bojonegoro sangat menggebu-gebu , ditambah kami berada di Bojonegoro hanya untuk 1 hari saja.

Jilatan Api yang membara ditengah guyuran hujan yang membasahi Kota Bojonegoro

Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 2 jam dari Kota Tuban dan sempat bertanya kepada warga sekitar, akhirnya kami menemukan juga objek wisata yang siap kami kunjungi di Bojonegoro. Objek wisata tersebut adalah Kayangan Api yang terletak  di Desa Sendang Harjo Kecamatan Ngasem yang berada di tengah-tengah hutan jati dan terletak sekitar 15 kilometer selatan Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.  Kayangan Api merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Bojonegoro. Selain mengeluarkan api abadi yang terbesar se-Asia Tenggara, tempat wisata ini juga mengeluarkan semburan api bercampur air yang sering disebut masyarakat sebagai 'air blukuthuk'.

Udara dingin yang awalnya menghinggapi kami sepanjang perjalanan menuju Kayangan Api seketika hilang saat melihat hamparan api yang terhampar di hadapan kami. Sulit untuk aku gambarkan dengan kata-kata yang pastinya sangat indah walaupun sore itu turun hujan dan agak berkabut. Mengunjungi obyek wisata kayangan api pada sore hari, memang memiliki nuansa tersendiri. Para pengunjung, bisa menikmati keindahan dan keelokan jilatan lidah api yang membiru dan memerah.

Menurut cerita dari salah seorang Juru Sejarah Kayangan Api, pengunjungnya terbanyak pada hari Minggu atau hari libur. Diperkirakan, pada liburan atau Minggu pengunjung bisa mencapai 300-400 wisdom yang datang dari Madiun, Nganjuk, Yogyakarta, Ngawi, selain lokal Bojonegoro dan sekitarnya. Namun pada  setiap malam Jumat Pahing pengunjungnya juga tidak kalah banyaknya, mereka semalaman begadang di obyek wisata setempat dengan keperluan "ngalap" berkah. Sebagian di antaranya ada yang menggelar selamatan tumpeng di lingkungan setempat. “Kepentingannya macam-macam”  kata  juru sejarah Kayangan Api yang kami lupa menanyakan namanya.

Masih menurut  juru sejarah Kayangan Api, kepercayaan warga selama ini, Jumat pahing merupakan hari Mpu Kriyo Kusuma atau Mpu Supo yang hidup di era Kerajaan Majapahit menempati atau memanfaatkan api abadi tersebut, untuk berbagai macam keperluan. Di antaranya, membuat berbagai macam senjata, termasuk keris sekaligus melakukan tapa brata. Tidak jauh dari api yang pernah dimanfaatkan untuk pengambilan api PON pada tahun 2000 itu, ditemukan tumpukan batu bata yang diperkirakan dibuat pada jaman Majapahit.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

paket iklan di google ads
Rp. 1.200.000,-

Benefit:
1. Iklan pada google.( 1 tahun )
2. web gratis dengan 5 pages ( 1tahun )
3. iklan gratis pada 88db ( 1 tahun )
4. domain gratis
5. email hosting

pemesanan hubungi:
082260227988
021-96966715

Posting Komentar